Isra Mi'raj adalah salah satu peristiwa besar dalam sejarah islam yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT. Peristiwa ini merupakan perjalanan beliau di malam hari dari masjidil haram ke masjidil aqsha kemudian naik ke sidratul muntaha atas perintah Allah Rabb semesta alam. Dari perjalanan ini ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil yakni sebagai refleksi diri untuk menyatukan iman dan membentuk akhlak mulia.
Isra secara bahasa artinya perjalanan seseorang di malam hari. Adapun secara istilah yaitu perjalanan Malaikat Jibril dengan Nabi Muhammad SAW di malam hari dari Masjidil Haram di makkah ke Masjidil Aqsha di baitul maqdis. Kemudian Mi'raj menurut bahasa artinya alat untuk naik dan secara istilah adalah naiknya Rasulullah SAW dari bumi menuju langit ketujuh. Terkait peristiwa isra mi'raj, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjidil Haram ke al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. al-Isra‘ [17]: 1)
Kisah perjalanan Isra Mi'raj Nabi muhammad SAW menurut riwayat termasyhur terjadi pada tanggal 27 rajab di malam hari dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha kemudian naik ke atas langit pertama hingga ketujuh, hingga naik ke Sidratul Muntaha yang menjadi momen turun secara langsung perintah shalat lima waktu. Inilah tujuan perjalanan sang utusan yakni untuk menerima perintah shalat langsung dari Allah SWT. Selain itu, Tujuan lain Isra Mi'raj adalah untuk menghibur nabi SAW karena pada saat itu nabi baru saja kehilangan dua orang terkasih yang menjadi pelindung dan pendukung penuh dakwah Nabi Muhammad SAW yakni wafatnya Ali bin Abi Thalib dan istrinya, Siti Khadijah RA.
Baca Juga 5 Hal Seputar Bulan Rajab yang Harus Kamu Ketahui!
Allah memerintahkan dua perjalanan nabinya memberikan banyak hikmah yang bisa dipetik oleh kita selaku umatnya terutama dalam momen memperingati Isra Mi'raj. Berikut dua hikmah dari peristiwa Isra Mi'raj:
Salah satu inti dari peristiwa Mi'raj adalah perintah shalat yang diterima langsung oleh Nabi Muhammad SAW dari Allah. Sebelum peristiwa ini, umat Islam hanya diwajibkan untuk melakukan ibadah dengan cara yang lebih sederhana. Namun, setelah Nabi Muhammad SAW kembali dari Mi'raj, shalat lima waktu menjadi kewajiban yang tidak dapat ditawar lagi bagi setiap Muslim.
Shalat merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengingat-Nya dalam setiap aspek kehidupan. Pada peristiwa Mi'raj, Nabi Muhammad SAW tidak hanya mengalami kenaikan secara fisik, tetapi juga mengalami kedekatan hati dengan Allah yang mengajarkan pentingnya menjalin hubungan yang kuat dengan Sang Pencipta. Shalat sebagai bentuk ibadah ini juga memiliki dampak baik yakni menyatukan iman dan menjadi pembeda antara orang yang beriman dengan orang kafir.
Umar bin Al Khattab RA Beliau berkata, “Sesungguhnya di antara perkara terpenting bagi kalian adalah shalat. Barangsiapa menjaga shalat, berarti dia telah menjaga agama. Barangsiapa yang menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi. Tidak ada bagian dalam Islam, bagi orang yang meninggalkan shalat.“
Selain sebagai peristiwa yang meneguhkan iman, Isra Mi'raj juga menjadi pelajaran penting bagi umat Islam dalam pembentukan akhlak mulia. Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan bagi umat Islam dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hal akhlak dan budi pekerti.
Perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa yang kemudian diangkat ke langit mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga akhlak dan adab dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perjalanan ini, beliau menunjukkan keteguhan hati, sabar, dan penuh pengabdian kepada Allah meskipun banyak tantangan dan rintangan yang beliau hadapi dalam berdakwah.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita dapat mencontoh akhlak Nabi Muhammad SAW yang senantiasa bersikap jujur, sabar, rendah hati, dan penuh kasih sayang kepada sesama. Salah satu contoh akhlak mulia Nabi adalah sikap beliau yang selalu menyayangi anak yatim, serta membantu sesama dengan harta atau tenaga. Dengan meneladani akhlak beliau, kita dapat membentuk pribadi yang lebih baik dan cerdas dalam mengambil hikmah peristiwa Isra Mi'raj.
Copyright © 2019 - 2024 Pondok Yatim & Dhu'afa All rights reserved.