3 Pelajaran Berharga Dari Kisah Ashabul Kahfi

Sahabat, pasti kalian sudah tidak asing dengan kisah Ashabul Kahfi kan? Kisah sekelompok pemuda yang tertidur selama 309 tahun lamanya di dalam sebuah gua demi menjaga aqidah mereka dari kezaliman penguasa pada zaman tersebut. Dibalik peristiwa ini, ada beberapa pelajaran berharga untuk diamalkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kisah Singkat Ashabul Kahfi

Ashabul Kahfi adalah sekelompok pemuda beriman yang hidup pada masa kekuasaan Raja Diqyanus di Romawi, beberapa ratus tahun sebelum diutusnya Nabi Isa AS. Raja Diqyanus adalah penyembah berhala. Ia memaksa seluruh rakyatnya untuk ikut menyembah berhala. Jika mereka ingkar, maka konsekuensinya adalah hukuman mati.

Ketika sang raja mengetahui ada sekelompok pemuda yang tidak mau menyembah berhala, dia memerintahkan pasukannya untuk membunuh ketujuh pemuda tersebut. Mereka lari sekuat-kuatnya dari kejaran para pasukan raja dan bersembunyi di sebuah gua yang besar. Ketika memasuki gua, ketujuh pemuda tersebut berdoa memohon rahmat dan petunjuk kepada Allah SWT atas segala urusan yang mereka hadapi.

Dan Allah SWT mengabulkan doa dari pada pemuda tersebut. Bersembunyi di dalam gua sampai tertidur 309 tahun lamanya merupakan petunjuk Allah SWT kepada ketujuh pemuda tersebut karena mereka senantiasa mempertahakan iman yang mereka yakini, yaitu beribadah hanya kepada Allah SWT.

Allah SWT menyinggung kisah Ashabul Kahfi di dalam Al-Quran agar kaum setelahnya dapat mengambil pelajaran berharga di dalamnya. Kisah Ashabul Kahfi patut diteladani para pemuda masa kini, apalagi kita sudah memasuki akhir zaman yang penuh fitnah ini. Karena mempertahankan keimanan di zaman ini memiliki peran penting agar kita senantiasa selalu bertakwa kepada Allah SWT di mana pun dalam kondisi apa pun. Sehingga Allah juga menjaga dan meridhai hamba-Nya.

Berikut ini adalah 3 pelajaran berharga dari kisah Pemuda Ashabul Kahfi yang bisa kita tiru:

1.  Bergaul dengan Orang-orang Saleh

ashabul kahfi

Dahulu, pemuda Ashabul kahfi hidup pada masa pemerintahan Raja Diqyanus. Sang Raja adalah seorang penyembah berhala yang juga memerintahkan rakyatnya untuk berlaku serupa. Tetapi tidak dengan ketujuh pemuda yang beriman. Mereka mendirikan majelis ilmu untuk orangtua dan kaum mereka sebagai sarana bertakwa kepada Rabb-Nya. 

Ketujuh pemuda ini senantiasa selalu mengajak kepada kebenaran yang asalnya hanya dari Allah SWT. Mereka semua meyakini bahwa hanya Allah SWT, Rabb satu-satunya yang berhak disembah. Lantas mereka berlepas diri dari kekuasaan raja yang kafir beserta para pengikutnya.

Dari kisah ketujuh pemuda ini, dapat diambil pelajaran bahwa seorang Muslim hendaknya bergaul dan berteman dengan orang-orang yang saleh. Laki-laki muslim menjadikan laki-laki yang shalih sebagai kawannya. Dan perempuan muslimah menjadikan perempuan shalihah sebagai kawannya. Karena dalam pertemanan akan saling mempengaruhi. Jika berteman dengan orang saleh akan membawa kepada kebaikan, sebaliknya jika berteman dengan orang buruk akan membawa kepada keburukan.

Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk.” (HR. Bukhari)

Baca Juga : Rahasia Tidur Untuk Kesehatan Pernapasan

2.  Berani Menyampaikan Kebenaran

Ketika ketujuh pemuda Ashabul kahfi saling mengenal satu sama lain, mereka menyadari bahwa mereka memiliki aqidah (pemahaman) serta visi misi yang sama. Mereka berikhtiar dengan membangun tempat-tempat ibadah untuk berdakwah mengajak Sang Raja dan seluruh rakyat agar menyembah dan beribadah kepada Allah SWT. Namun, dakwah mereka ditolak hingga mendapat ancaman pembunuhan.  

Keberanian ketujuh pemuda dalam menyampaikan kebenaran adalah pelajaran berharga yang patut kita tiru. Mereka menyampaikan suatu kebenaran dan mengajak mereka yang terjerumus untuk kembali ke jalan yang benar. Karena sesungguhnya Allah SWT tidak melihat ketakwaan seorang hamba dari paras, kekayaan maupun jabatannya. Tetapi Allah SWT melihat dari hati dan amal perbuatannya. 

3.  Menghindari Perdebatan

 ashabul kahfi

Ketika ketujuh pemuda Ashabul Kahfi terbangun dari tidur panjangnya, mereka saling bertanya berapa lama mereka tertidur dan tinggal di dalam gua tersebut. Masing-masing dari mereka punya pendapat berbeda. Lalu salah satu pemuda mengatakan, “Rabb kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini).

Mereka berpikir bahwa berdebat adalah perbuatan yang sia-sia dan tidak ada manfaat yang diperoleh darinya. Maka mereka memilih untuk pergi ke kota mencari makan sambil melihat-lihat kondisi kota saat itu.

Dari Abu Umamah, ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda, “Aku akan menjamin rumah di tepi surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun bersifat gurau. Dan aku juga menjamin rumah di surga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik.” (HR. Abu Daud)

Rasulullah SAW juga menganjurkan seorang muslim untuk meninggalkan debat meskipun dia benar. Karena dalam perdebatan terdapat banyak kemudharatan. Di antaranya menimbulkan permusuhan di antara kaum muslimin, membuang-buang waktu yang berharga dan menimbulkan penyakit hati.