Salafus Shalih di Bulan Ramadhan

Salafus Shalih adalah pendahulu umat, mereka adalah orang-orang shalih dari kalangan sahabat nabi, tabi’in serta para imam yang hidup di zaman mulia. Datangnya bulan ramadhan membawa aroma wangi penuh semangat beribadah dengan ganjaran pahala berlipat ganda. Bagaimana para salafus shalih di bulan ramadhan? Yuk simak penjelasan lengkapnya sebagai berikut

Salafus Shalih adalah Orang Istimewa

Makna salaf secara bahasa adalah yang terdahulu atau pendahulu. Menurut Syaikh Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql, salafus shalih adalah para pemuka umat islam dari kalangan para sahabat nabi, Tabi’in serta imam-imam yang hidup di tiga zaman mulia. Sehinga yang dimaksudkan dengan salafus shalih yang utama yakni Rasulullah SAW kemudian para sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in juga orang-orang yang mengikuti langkah tiga generasi tersebut karena generasi ini adalah generasi terbaik yang berisi orang-orang pilihan.

Rasulullah SAW menyatakan dalam sabdanya, “Sebaik-baik manusia adalah orang-orang yang hidup di zamanku (para sahabat), kemudian setelahnya (Tabi’in) dan kemudian yang setelahnya (Tabi’ut Tabi’in).” (Hr. Bukhari Muslim)

Begitu istimewanya kalangan para sahabat nabi terdahulu disebabkan mereka hadir dan hidup bersama dengan Rasul sehingga mereka selalu berada dalam naungan wahyu Allah. Oleh karenanya Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah menyatakan, “Pokok-pokok akidah menurut kami (Ahlu sunnah) adalah: Berpegang teguh pada ajaran sahabat Rasulullah dan meneladani mereka.”

Salafus Shalih di Bulan Ramadhan

Salafus Shalih

Bulan ramadhan adalah bulan istimewa bagi seluruh umat islam sejak dahulu hingga sekarang. Begitu juga para salaf terdahulu sangat menunggu-nunggu hadirnya bulan ini. Ada banyak hal yang dilakukan salafus shalih sejak sebelum datangnya bulan ramadhan hingga mereka berada di bulan agung ini.

1. Menanti dengan Penuh Kebahagiaan

Para salafus shalih menantikan bulan ramadhan dengan penuh gembira jauh sebelum bulan ramadhan hadir. Ma’la bin Al-Fadhl Rahimahullah menuturkan: “Mereka (salafus shalih) berdoa kepada Allah selama enam bulan semoga Allah menyampaikan mereka pada bulan ramadhan, lalu mereka berdoa selama enam bulan berikutnya semoga amalan mereka di bulan itu diterima.”

Rasulullah sebagai salafus shalih terdepan amat gembira menyambut datangnya ramadhan serta turut memberikan kabar gembira ini kepada para sahabat.

“Sungguh telah datang kepada kalian bulan ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan puasa atas kalian. Pada bulan ini, pintu surga dibuka lebar-lebar dan pintu neraka ditutup rapat-rapat serta para setan dibelenggu. Pada bulan ini juga, ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa terhalangi dari kebaikannya maka sungguh dia terhalangi untuk mendapatkannya.” (Hr. Ahmad)

Tentu bukan tanpa sebab para salaf amat sangat menunggu hadirnya bulan ini, tetapi mereka mengetahui keutamaan yang ada di dalamnya. Diantara keutamaannya adalah Allah jadikan satu malam mulia yang lebih baik daripada seribu bulan yakni Lailatul qadr. Maka sudah sepatutnya kita sebagai generasi setelahnya meneladani apa yang dilakukan pendahulu kita.

Menghidupkan Malam dengan Ibadah Kepada Allah

salafus shalih

Rasulullah SAW dan para sahabat ketika datang bulan Ramadhan tidak menyia-nyiakan waktu di bulan tersebut termasuk di malam hari. Generasi pilihan ini menghidupkan waktu malam dengan mendekatkan diri kepada Allah, Salah satu ibadah malam hari yang bisa dilakukan adalah dengan shalat tarawih atau qiyam ramadhan dengan penuh kekhusyuan hingga betah berlama-lama dalam ibadah kepada Sang pencipta.

Imam Ibnu Rajab Rahimahullah menyebutkan dalam sebuah atsar: “Umar bin Khattab memerintahkan Ubay bin Ka’ab dan Tamim ad-Dari Radhiyallahu ‘Anhu untuk mengimami orang-orang pada bulan Ramadhan. Imam membaca dua ratus ayat dalam satu rakaat sampai-sampai mereka harus bertumpu pada tongkat karena panjangnya berdiri. Dan mereka baru selesai menjelang fajar. Di dalam riwayat lain disebutkan bahwa mereka mengikatkan tali diantara dinding-dinding kemudian mereka bergelantungan dengan tali-tali tersebut.” (Lathaiful Ma’arif)

Semangat Berpuasa dan Melatih Anak-anak Mereka

Dahulu sebelum datangnya kewajiban puasa bulan ramadhan, Allah mewajibkan untuk melakukan ibadah puasa pada tanggal 10 muharram atau hari asyura. Namun, setelah wahyu turun maka perintah ini diganti dengan kewajiban puasa ramadhan. Para salaf mengetahui kewajiban ini dan menta’ati perintah Allah dengan melaksanakan puasa di bulan ramadhan juga menjaga agar ibadah ini tidak menjadi sia-sia. Rasulullah SAW bersabda, “Betapa banyak orang berpuasa yang tidak ada bagian dari puasanya kecuali lapar dan haus.” (Hr. Ibnu Majah)

Oleh karenanya, salafus shalih menjadikan ramadhan sebagai kesempatan bertaubat dan memperbaiki diri dengan menahan diri dari melakukan kemaksiatan dan kelalaian. Mereka memilih berdiam diri dan fokus pada amal ibadah serta senantiasa berkumpul dengan orang-orang shalih agar puasa mereka tetap terjaga.

Disebutkan oleh Imam Ibnu Abi Syaibah salah seorang salaf yang bernama Thalq ketika hari-hari puasanya selalu masuk ke rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk mengerjakan shalat berjama’ah. Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah bahwa ia dan para sahabatnya apabila berpuasa mereka duduk (berdiam) di masjid seraya berkata: ”Mari kita membersihkan puasa kita.”

Tidak hanya fokus beribadah untuk diri sendiri, salafus shalih juga senantiasa melatih anak-anak mereka untuk ikut melakukan ibadah puasa. Salah satunya yakni seperti dalam sebuah riwayat berikut,

“Rasulullah SAW mengutus seorang sahabat di pagi hari Asyura menuju desa-desa kaum Anshar yang berada di sekitaran kota madinah untuk mengumumkan: “Barangsiapa yang sejak pagi sudah puasa, hendaklah dia lanjutkan puasanya. Dan barangsiapa yang sudah makan, hendaknya dia puasa di sisa harinya. Rubayyi mengatakan: “Setelah itu, kamipun puasa dan melatih anak-anak kami yang masih kecil untuk puasa. Kami pergi ke masjid dan kami buatkan mainan dari bulu. Jika mereka menangis karena minta makan, kami beri mainan itu hingga bisa bertahan sampai waktu berbuka.” (Hr. Muslim)

Baca Juga Meraih Pahala Ramadhan dengan Bersedekah Iftar dan Sahur bagi Anak Yatim Dhuafa

Semakin Dekat dengan Al-Qur’an

salafus shalih

Bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an karena Allah menurunkan al-qur’an pada bulan ini sebagai petunjuk bagi manusia. Allah SWT berfirman, “Bulan Ramadhan bulan yang di dalamnya diturunkan AL-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang hak dan yang bathil.” (Qs. Al-Baqarah ayat 185)

Diantara kisah dari kalangan salaf mengenai interaksi mereka dengan AL-Quran yakni sebagaimana disebutkann oleh Ibrahim An-Nakhai Rahimahullah, “Al-Aswad mengkhatamkan Qur’an di bulan ramadhan setiap dua malam sekali.” (Siyar A’lam An-Nubala)

Dalam riwayat lain juga diceritakan bahwa Imam Malik bin Anas Rahimahullah apabila memasuki nulan ramadhan berpaling dari membaca hadits dan bermajelis dengan ahlul ilmi untuk fokus membaca Al-Quran dari Mushaf (Lathaif al-ma’arif)

Semangat ulama-ulama zaman dahulu dalam mengkhatamkan Al-Qur’an sangat besar karena mereka mengetahui keutamaan membaca Al-Qur’an dan pahala besar di dalamnya.

Dermawan di Bulan Ramadhan

Allah dan Rasulnya menganjurkan seorang muslim untuk menjadi pribadi yang dermawan bahkan anjuran untuk berinfaq disebutkan berkali-kali dalam Al-Qur’an juga kewajiban membayar zakat agar manusia terhindar dari sifat kikir senantiasa disandingkan dengan kewajiban shalat. Bulan ramadhan adalah waktu untuk menabung pundi-pundi pahala baik melalaui ibadah maupun materi seperti bersedekah.

Salafus Shalih

Rasulullah SAW adalah pribadi yang terkenal dermawan dan beliau bertambah kedermawanannya saat di bulan Ramadhan. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW ditanya tentang sedekah yang paling afdhal maka beliau menjawab, “Sedekah yang paling utama adalah sedekah bulan Ramadhan.” (Hr. Tirmidzi)

Salah satu bentuk sedekah di bulan Ramadhan adalah memberikan makanan berbuka puasa untuk orang yang sedang berpuasa sebagaimana dalam hadits, “Barangsiapa yang memberi makan orang yang berbuka, maka baginya pahala semisal pahala orang itu tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun.” (Hr. Tirmidzi)

Bentuk kedermawanan para salaf di zaman itu diantaranya yakni seperti yang dilakukan oleh Hamd bin Sulaiman. Diceritakan oleh Ash-Shalt bin Bistham Rahimahullah; “Ia (Hamd bin Abi Sulaiman) memberikan makanan untuk berbuka kepada 50 orang setiap hari pada bulan Ramadhan. Dan apabila telah datang malam idul fitri (malam takbiran) maka ia memberikan kepada masing-masing mereka baju.” (Siyar A’lam An-Nubala)

MasyaaAllah.. alangkah indah dan mulia yang dilakukan oleh pendahulu kita, mereka mengerahkan segala kemampuan untuk berbuat amal kebaikan di bualn ramadhan mulai dari beribadah hingga berbagi kepada sesama. Semoga kita dapat meneladani para salafus shalih. Aamiin