Ulul azmi adalah gelar khusus yang diterima nabi dan rasul utusan Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas ketabahan dan kesabaran luar biasa dalam menjalankan perintah berdakwah. Ulul Azmi berasal dari dua kata, yakni ulul dan azmi yang berarti memiliki keteguhan.
Dalam Islam, ada banyak jumlah Nabi dan Rasul seluruhnya. Namun hanya 25 Nabi dan Rasul saja yang wajib kita imani. Dari ke 25 Nabi dan Rasul tersebut, ada 5 manusia pilihan yang Allah anugerahkan gelar ulul azmi, yakni Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad.
Berikut adalah kisah Nabi dan Rasul penerima gelar ulul azmi:
Nabi Nuh AS merupakan Nabi pertama yang memperoleh wahyu dan diamanahkan oleh Allah Ta'ala untuk berdakwah kepada kaumnya. Nuh AS adalah sosok yang teguh hatinya dan penyabar dalam berdakwah menyampaikan wahyu Allah SWT kepada kaumnya, Bani Rasib.
Bani Rasib adalah kaum penyembah berhala dan banyak berbuat kezaliman pada zamannya. Allah SWT mengutus Nabi Nuh AS untuk mendakwahi kaum ini agar mereka kembali ke jalan yang benar. Berbagai kalangan mulai dari keluarga terdekat sampai masyarakat sudah coba didakwahinya. Namun, hasil yang didapat dari usaha Nabi Nuh AS mayoritas berbuah penolakan dan hinaan.
Selama 500 tahun lamanya Nabi Nuh tak gentar untuk senantiasa mengajak kaumnya taat akan ajaran Allah SWT. Tetapi dalam kurun waktu selama itu, jumlah pengikutnya pun tidak lebih dari 80 orang. Bahkan istri dan anaknya, Kan’an enggan untuk taat.
Atas kehendak Allah, turun azab dalam bentuk banjir bah dan menenggelamkan seluruh umat Nabi Nuh yang membangkang. Banjir ini menenggelamkan seluruh muka bumi, kecuali para pengikut Nabi Nuh yang beriman dan ikut menaiki kapalnya.
Karena kesabaran dan keteguhan hatinya dalam berdakwah kepada kaumnya yang membangkang, Allah SWT menganugerahi gelar ‘Ulul Azmi’ kepada Nabi Nuh AS.
Nabi Ibrahim AS adalah Nabi penerima gelar ‘Ulul Azmi’ yang kedua. Sejak kecil, Nabi Ibrahim selalu dihadapi ujian-ujian kehidupan. Hal inilah yang melatih sifat sabar beliau. Nabi Ibrahim lahir pada masa pemerintahan Raja Namrud, yang kala itu mempunyai kebijakan untuk membunuh bayi laki-laki yang baru lahir.
Begitu lahir, Sang Ibu menyembunyikan Nabi Ibrahim ke dalam gua demi menyelamatkannya dari orang-orang yang berniat jahat. Hingga dewasa, Nabi Ibrahim tumbuh di lingkungan penyembah berhala dan ayahnya adalah pembuat seluruh berhala tersebut. Mengetahui bahwa hal ini menyimpang, Nabi Ibrahim tidak ragu untuk memusnahkan seluruh berhala yang ada. Perbuatan Nabi Ibrahim ini membuat Raja Namrud murka, lantas siap menyiksa Nabi Ibrahim dengan membakarnya hidup-hidup. Atas izin Allah, api yang seharusnya panas itu berubah menjadi dingin dan Nabi Ibrahim terselamatkan dari peristiwa ini. Dan ini menjadi salah satu mukjizat Nabi Ibrahim.
Lagi-lagi kesabaran Nabi Ibrahim diuji. Sudah lama menikah dengan istrinya, Sarah, namun tak kunjung dikaruniai anak keturunan. Sarah meminta Nabi Ibrahim untuk menikahi wanita lain bernama Hajar untuk dijadikan istri. Dari Hajar, lahirlah seorang anak bernama Ismail.
Allah SWT memberi perintah kepada Nabi Ibrahim untuk meninggalkan Hajar dan Ismail ke tanah yang gersang di Mekkah. Selain itu, ada perintah lain yang diterima Nabi Ibrahim yaitu menyembelih anaknya, Ismail yang baru berusia sekitar 14 tahun.
Karena ketaatan dan kesabarannya kepada Allah SWT, semua perintah-Nya diterima dan dilaksanakan dengan ikhlas. Gelar ‘Ulul Azmi’ berikutnya diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim.
Baca Juga : 3 Olahraga Anjuran Rasulullah
Perjalanan dakwah Nabi Musa AS hampir mirip kisahnya dengan Nabi Ibrahim. Mereka sama-sama hidup pada masa pemerintahan raja yang zalim. Nabi Musa lahir saat Raja Firaun berkuasa. Firaun memiliki kebijakan bahwa bayi laki-laki yang lahir harus dikubur hidup-hidup. Demi menyelamatkan anaknya, Ibunda Nabi Musa menghanyutkan anaknya ke sungai Nil yang diletakkan di peti.
Bayi Musa ditemukan oleh Asiyah, istri Firaun dan dibesarkan olehnya. Musa kecil tumbuh menjadi anak yang cerdas, cakap dan kuat. Ketika Musa diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Allah SWT menugaskan Nabi Musa untuk berdakwah kepada Firaun dan kaumnya, Bani Israil.
Bukan hanya berlaku zalim kepada rakyatnya, Firaun juga menganggap dirinya sebagai Tuhan. Semua orang wajib tunduk patuh menyembah dirinya, namun Nabi Musa menolak. Sekejam apa pun perlakuan Firaun, Nabi Musa tetap bersabar mendakwahi ayah angkatnya itu secara perlahan.
Rasa geram Firaun memuncak lantaran ajaran yang dibawa Nabi Musa mulai diminati rakyatnya. Lalu Firaun bertekad untuk membunuh Nabi Musa. Allah SWT memerintahkan Nabi Musa dan para pengikutnya untuk lari sejauh mungkin dari kejaran Firaun. Ketika terjebak situasi sulit saat melarikan diri, Allah SWT memberikan mukjizat kepada Musa yaitu dapat membelah lautan menggunakan tongkat agar lolos dari kejaran Firaun dan pasukannya.
Karena keberanian, kesabaran dan keteguhan hatinya dalam menyampaikan kebenaran, Allah SWT juga menganugerahkan gelar ‘Ulul Azmi’ kepada Nabi Musa.
Nabi Isa AS adalah satu-satunya Nabi yang lahir tanpa memiliki ayah. Kesabaran dan ketegaran sosok Nabi Isa menjadikan beliau dianugerahi gelar ‘Ulul Azmi’.
Sungguh, perjalanan dakwah Nabi Isa juga salah satu yang terberat ujiannya. Nabi Isa tumbuh sebagai orang miskin sejak kecil, karena beliau dan Ibunya, Maryam diasingkan oleh kaum Yahudi. Setelah diangkat sebagai Nabi dan Rasul, beliau ditugaskan berdakwah kepada kaumnya yaitu Bani Israil di Palestina.
Sesuai dugaan, berdakwah tidak semudah itu. Bani Israil menolak dan mencemooh ajaran yang dibawa Nabi Isa. Difitnah menghina kaum Yahudi, muridnya berkhianat darinya, bahkan hendak dibunuh dengan cara disalibkan, tidak membuat Nabi Isa membenci kaumnya. Beliau masih tetap mendoakan mereka agar diberi petunjuk dan hidayah oleh Allah SWT.
Nabi dan Rasul terakhir penerima gelar ‘Ulul Azmi’ adalah Nabi Muhammad SAW. Sama seperti Nabi dan Rasul terdahulu, perjalanan dakwah Nabi Muhammad juga dibalut dengan rintangan dan cobaan. Nabi Muhammad merupakan Nabi dan Rasul terakhir sekaligus menjadi penutup para Nabi.
Nabi Muhammad lahir dalam keadaan yatim dan menjadi yatim piatu sejak usia 6 tahun. Beliau tumbuh besar di lingkungan kaum Quraisy. Kisah perjalanan dakwah Nabi Muhammad menjadi tantangan terberat yang dihadapi, pasalnya kaum Quraisy menolak menerima ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad.
Penentangan terbesar digerakkan oleh para pemuka Quraisy, yakni Abu Lahab (paman), Abu Jahal dan Abu Sufyan. Kaum Quraisy menganggap bahwa ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW menyalahi tradisi nenek moyang. Tidak sedikit cacian hingga ancaman pembunuhan yang didapat Nabi Muhammad selagi berdakwah.
Copyright © 2019 - 2024 Pondok Yatim & Dhu'afa All rights reserved.