Sahabat, Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang sangat dimuliakan dalam ajaran Islam. Selain menjadi pembuka tahun dalam kalender Hijriyah, Muharram juga menyimpan banyak keutamaan yang menjadikannya berbeda dari bulan-bulan lainnya. Lalu, mengapa Muharram disebut sebagai bulan mulia? Berikut Penjelasan Ringkasnya!
Penamaan Muharram sebagai bulan pertama dalam kalender hijriyah memiliki arti yaitu Larangan. Hal ini lantaran pada bulan Muharram bangsa Arab seluruhnya melarang atau mengharamkan peperangan. Begitu juga dengan tidak adanya pertumpahan darah pada bulan tersebut karena ini merupakan hukum adat yang tidak tertulis sejak lama di kalangan orang Arab.
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram, Rajab). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa". (Q.S. at-Taubah/ 9: 36).
Disebut "haram" bukan berarti terlarang, tetapi karena di bulan-bulan ini umat Islam dianjurkan untuk menghindari segala bentuk pertumpahan darah dan memperbanyak amal kebaikan, karena pahala maupun dosa akan dilipatgandakan nilainya.
Muharram menjadi penanda tahun baru dalam kalender Hijriyah. Ini bukan sekadar pergantian angka tahun, tetapi momen yang erat kaitannya dengan sejarah hijrahnya Nabi Muhammad ﷺ dari Mekkah ke Madinah. Oleh karena itu, Muharram menjadi simbol perubahan, pembaruan niat, dan hijrah menuju kebaikan.Dengan penyematan makna larangan ini menjadikan bulan Muharram salah satu bulan suci bersama bulan-bulan islam lainnya yaitu Bulan Zulqaidah, Dzulhijjah, dan Rajab. Oleh sebab itu, ada beberapa amalan yang sangat baik dilakukan di bulan Muharram ini.
Puasa di bulan Muharram memiliki keutamaan sebagaimana dalam hadist, "Puasa apa yang lebih utama setelah Ramadhan? Beliau bersabda, "Bulan Allah yang kalian sebut dengan Muharram" (Hr. Ibnu Majjah 1742)
Puasa ini dilakukan pada tanggal 10 Muharram dan satu hari sebelumnya yaitu tanggal 9 di bulan Muharram. Dalam sebuah hadits Ibnu Abbas mengatakan : "Ketika Nabi SAW telah hijrah ke Madinah, beliau melihat orang-orang yahudi berpuasa pada hari Asyura', maka beliau bertanya: "Ada apa dengan hari ini?" Jawab mereka: "Ini hari baik, pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Isra'il dari musuh mereka." Maka Nabi Musa AS berpuasa. Nabi SAW bersabda : "Kami lebih layak mengikuti Musa AS daripada kalian!" Lalu Nabi Muhammad melakukan puasa dan menganjurkan sahabat supaya melakukan puasa juga." (Hr. Bukhari)
Sementara itu, Dalil dari puasa Tasu'a di bulan Muharram adalah hadits dari Ibnu Abbas dia mengatakan, Rasulullah SAW dalam sabdanya mengatakan, "Seandainya aku mash ada di tahun yang akan datang, maka aku akan melakukan puasa pada hari kesembilan (Tasu'a)." (Shahih Abu Daud 2113)
Diantara tradisi masyarakat Indonesia pada 10 Muharram adalah adanya lebaran yatim. Tradisi ini adalah sebuah kegiatan menyantuni anak-anak yatim. Dalam kitab Tanbihul Ghafilin disebutkan, "Siapa orang yang mengusap kepala anak yatim (Menyantuni) pada hari asyura', maka Allah akan angkat derajatnya sebanyak rambut anak yatim yang terusap oleh tangannya." Meski derajat hadits ini adalah dhoif (lemah) namun berdasarkan fadhail amal (Keutamaan suatu amal) yakni menyantuni anak yatim maka diperbolehkan melakukan amalan ini.
Baca Juga Donasi Online untuk Anak Yatim: Investasi Akhirat yang Tak Pernah Rugi
Selain itu, Imam An-Nawawi menyebutkan juga dalam kitabnya Al-Adzkar (hal.8) : "Para Ulama dari kalangan ahli hadits dan ahli fiqih mengatakan : Boleh dan disukai mengamalkan hadits dhaif dalam perkara fadhail amal, targhib (memotivasi), serta tarhib (memberikan peringatan) selama haditsnya tidak maudhu' (palsu)."
Dengan demikian walaupun hadits diatas dhaif tapi ada hadits yang menaunginya secara umum yaitu hadits keutamaan menyantuni anak yatim secara umum tanpa mengkhususkan harinya. Artinya praktek santunan anak yatim di hari asyura' dinaungi oleh hadits umum ini. Dan ulama jumhur juga membolehkan mengamalkan hadits dhaif selama memang ada hadits shahih yang menaunginya walaupun secara umum.
Bulan Muharram bukan hanya awal kalender Hijriyah, tetapi juga awal yang baru bagi setiap Muslim. Momen ini seharusnya menjadi saat yang tepat untuk memperbaiki diri, memperbarui niat, dan memperbanyak amal saleh. Dengan memahami keistimewaannya, kita akan lebih terdorong untuk menyambut bulan ini dengan sikap yang lebih baik dan penuh rasa syukur.
Copyright © 2019 - 2024 Pondok Yatim & Dhu'afa All rights reserved.