Sejarah Tahun Hijriyah

Sejarah Tahun Hijriyah

Sejarah Pembentukan Tahun Hijriyah

Sejarah penanggalan tahun baru islam atau yang dikenal dengan tahun baru hijriyah yaitu pada masa kekhalifahan Umar Bin Khattab RA. Saat itu khalifah Umar Bin Khattab membentuk penanggalan hijriyah untuk sistem kenegaraan. Dalam hal ini Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani di kitabnya, Fathul Bari menceritakan :

Setelah 2 tahun setengah menjabat sebagai khalifah, tepatnya pada tahun ke 17H, Umar Bin Khattab mendapat surat dari salah satu gubernurnya, Abu Musya Al-Asy’ari yang mengadukan kepada beliau bahwa sang gubernur kebingungan karena banyaknya surat Khalifah Umar Bin Khattab yang datang ke beliau tapi tidak ada tanggalnya.

Dalam rak gubernur ada banyak surat yang membuat Abu Musya Al-Asy’ari bingung untuk menentukan surat mana yang baru dan surat mana yang lama. Oleh karena itu beliau menyarankan kepada sang Khalifah agar membuat sebuah penanggalan supaya tidak terjadi lagi kebingungan pada kalangan gubernur-gubernurnya.

Setelah mendapat aduan, akhiranya khalifah memanggil semua staff untuk melakukan diskusi membuat penanggalan untuk memudahkan tugas gubernur serta membantu kemudahan masyarakat luas kedepannya.

Maka mulailah khalifah dan para staff mendiskusikan dan saling memberikan usulan. Ada yang mengusulkan bahwa tahun pertama pada tahun gajah yakni saat Nabi Muhammad SAW lahir. Kemudian ada juga usulan pada tahun wafatnya Nabi. Begitu pula tidak sedikit juga yang mengusulkan di tahun Allah mengangkat Nabi menjadi Rasul yang saat itu wahyu pertama turun. Juga ada pilihan di tahun hijrahnya Nabi ke Madinah.

Hingga akhirnya dari beberapa usulan, Khalifah Umar Bin Khattab memutuskan untuk memulai penanggalan pada tahun hijrahnya Nabi ke kota Madinah dan pengambilan keputusan ini juga atas rekomendasi Sahabat Utsman bin Affan dan Sahabat Ali bin Abi Thalib.

Mengapa Hijrahnya Rasul menjadi patokan?

Melanjutkan dari penuturan Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, Khalifah Umar bin Khattab mengemukakan alasan mengapa tidak memilih tahun kelahiran dan tahun saat nabi menjadi Rasul yakni karena ketika itu mereka masih berselisih tentang waktu kapan tepatnya Nabi lahir, dan kapan wahyu pertama turun. Sedangkan pada tahun wafatnya Nabi SAW, Umar bin Khattab menolak menjadikannya permulaan tahun karena pada tahun itu banyak kesedihan.

Sebaliknya, sang Khalifah memilih pada saat Nabi hijrah ke Madinah adalah karena pada waktu itu dianggap menjadi pembeda antara HAQ dan BATHIL serta menjadi tonggak awal kejayaan umat islam. Karena itulah sejarah kalender islam dinamakan Hijriyah karena yang menjadi acuannya ialah saat Hijrahnya Nabi Muhammad SAW.

Sejarah Nama-Nama Bulan Hijriyah

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani menyebutkan bahwa nama-nama bulan dalam penanggalan hijriyah ini bukanlah mengacu pada wahyu, tetapi justru dalam sejarah bangsa arab sejak jaman jahiliyah sudah menggunakan nama-nama seperti Sya’ban, Ramadhan, Syawal, dan yang lainnya.

Pada zaman dahulu, bangsa arab terbiasa menggunakan bulan sebagai media untuk menentukan waktu. Karena itu penanggalan mereka disebut dengan al-Taqwim al-Qamari (kalender bulan). Meskipun pada beberapa suku, khususnya di selatan jazirah arab (Yaman) menggunakan matahari sebagai media untuk menentukan hari.

Kemudian mereka memberi nama-nama bulan sesuai keadaan sosiologi dan budaya yang mereka lakukan pada bulan-bulan itu. Selain itu, karena bangsa Arab juga memiliki perbedaan kelas (suku) maka hal ini membuat mereka memiliki perbedaan dalam kebiasaan dan adat dari setiap masing-masing suku. Oleh karena itu, walau mereka memakai hitungan yang sama tapi berbeda-beda dalam memberikan nama bulannya.

Hingga pada tahun 412 M terjadi konvensi para petinggi dari lintas suku dan kabilah bangsa Arab di Mekkah saat masa Killab bin Murrah yakni Kakek Nabi Muhammad Ke-6 untuk menentukan dan menyatukan nama-nama bulan agar menyeragamkan dan memudahkan mereka dalam perdagangan.

Dari Perkumpulan ini, muncul 12 nama bulan :

  1. Muharram
  2. Shafar
  3. Rabiul Awwal
  4. Rabiul Akhir atau Rabiul Tsani
  5. Jumada Al-Ulaa
  6. Jumada al-Tsaniyah
  7. Rajab
  8. Sya’ban
  9. Ramadhan
  10. Syawwal
  11. Dzul-Qa’dah
  12. Dzul-Hijjah

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top
%d blogger menyukai ini: