memuliakan tamu

Raih Surga dengan Memuliakan Tamu

Memuliakan Tamu dalam Islam

Memuliakan tamu  merupakan bagian dari akhlak yang harus dimiliki seorang muslim, apalagi jika diniatkan untuk mendapatkan ridho dan pahala dari Allah Ta’ala.

Rasulullah SAW merupakan pribadi yang sangat memuliakan tamu sebagaimana dalam hadits,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamunya” (HR. Bukhari&Muslim)

Dalam hadits disebutkan juga tatkala Rasulullah menerima wahyu pertama kali, dan kembali kepada istrinya, khadijah, khadijah berkata :

“Tidak, Demi Allah, Allah tidak akan menyakitimu selamanya. Engkau telah menjalin persaudaraan, engkau menanggung orang lemah, engkau membantu orang miskin, engkau memuliakan tamu dan engkau membantu orang-orang yang benar” (HR. Bukhari&Muslim)

Belajar Memuliakan Tamu dari Para Nabi ‘Alaihimussalam

memuliakan

Para Ulama sepakat bahwa memuliakan tamu merupakan bagian dari kemuliaan akhlak hal ini berdasarkan kisah Nabi Ibrahim as yang menyuguhkan daging sapi panggang ketika tamu datang kepadanya. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala:

“Telah datang utusan kami kepada ibrahim dengan membawa kabar gembira. mereka berkata,”Selamat” dan ibrahim menjawab,”Selamat”. Tidak lama kemudian ibrahim menyuguhkan daging sapi panggang.

Ketika ibrahim melihat tangan mereka tidak menyentuhnya,ibrahim merasa aneh dan merasa takut pada mereka. Maka mereka berkata,”Jangan takut kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth.

Dan istrinya ibrahim berdiri, kemudian tertawa. Maka kami sampaikan kabar gembira tentang (kelahiran) ishaq dan dari ishaq (akan lahir putranya) ya’kub.” (QS. Hud:69-71)

Selain itu, Nabi Yusuf a.s juga merupakan teladan dalam memuliakan tamu yakni ketika para saudaranya datang ke istananya untuk meminta bantuan makanan saat musim paceklik, Nabi yusuf as menempatkan mereka di tempat yang baik serta menyuguhkan hidangan yang enak kepada mereka. Hal ini tertuang dalam Firman Allah Ta’ala,

وَلَمَّا جَهَّزَهُم بِجَهَازِهِمْ قَالَ ٱئْتُونِى بِأَخٍ لَّكُم مِّنْ أَبِيكُمْ ۚ أَلَا تَرَوْنَ أَنِّىٓ أُوفِى ٱلْكَيْلَ وَأَنَا۠ خَيْرُ ٱلْمُنزِلِينَ

“Dan tatkala Yusuf menyiapkan untuk mereka bahan makanannya, ia berkata: “Bawalah kepadaku saudaramu yang seayah dengan kamu (Bunyamin), tidakkah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan timbangan dan aku adalah sebaik-baik penerima tamu?” (QS. Yusuf : 59)

Adab-Adab Muliakan Tamu

memuliakan tamu

1. Dalam Hal Undangan

A. Hendaknya mengundang orang yang bertakwa dan bukan orang yang fasik atau suka berbuat dosa

Rasulullah menjelaskan dalam sabda-Nya, “Janganlah engkau bergaul kecuali dengan orang mukmin, dan jangan makan makananmu kecuali orang yang bertakwa”. (Hr. Ad-Darimi dan Al-Hakim)

B. Tidak hanya mengundang orang-orang kaya dan mengabaikan orang-orang miskin

Tidak membeda-bedakan antara undangan orang kaya dan orang miskin. Sebab ketika seseorang tidak memenuhi undangan orang miskin maka akan melukai perasaannya dan hal ini merupakan bentuk kesombongan. Kemudian dalam hadist juga diterangkan bahwa, “Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah yang hanya mengundang orang kaya saja tanpa orang miskin” (Hr. Muslim 108)

2. Saat Menjamu Undangan

A. Segera memberi Hidangan 

Hendaknya tuan rumah segera menghidangkan makanan untuk tamunya karena hal ini merupakan penghormatan baginya serta tidak mengangkat makanan sebelum tamunya benar-benar mengangkat tangannya dari makanan tersebut sampai mereka semua selesai makan.

 

B. Mengantar Tamu keluar Rumah

Tuan Rumah hendaknya mengantar tamunya sampai keluar rumah sebagaimana yang dilakukan oleh para salafus shalih juga merupakan bentuk penghormatan kepada tamu yang Allah Syari’atkan kepada hambanya.

3. Saat Memenuhi Undangan

MEMULIAKAN TAMU

A. Memenuhi Undangan ketika diundang

Apabila seorang muslim mendapat undangan maka hendaknya ia memenuhi undangannya dan tidak terlambat menghadirinya kecuali karena ada uzur, seperti khawatir adanya bahaya yang menimpa agama atau fisiknya. Rasulullah menerangkan, “Barangsiapa diundang hendaklah ia memenuhinya” (Hr. Abu Dawud)

B. Memenuhi undangan dengan niat memuliakan saudaranya

Saat hendak memenuhi sebuah undangan, hendaknya seorang muslim niatkan untuk memuliakan saudaranya yang muslim agar Allah memberinya pahala. Sebab, dengan niat baik maka amalan-amalan yang sifatnya mubah bisa menjadi keta’atan sehingga dengan keta’atan inilah Allah memberinya ganjaran pahala.

C. Bersikap Tawadhu

Apabila seorang muslim hadir ke dalam suatu majelis maka hendaknya ia tidak duduk di muka majelis melainkan menjaga sikap dan tawadhu di dalam majelisnya. Dan apabila tuan rumah menyuruh duduk disuatu tempat, hendaknya ia duduk di tempat itu dan tidak meninggalkannya.

D. Memperhatikan Adab saat Menginap

Jika seseorang menginap sebagai tamu maka hendaknya tidak menginap lebih dari tiga hari, kecuali jika tuan rumah memaksanya untuk tinggal lebih dari itu. Dan jika hendak pulang, maka ia meminta izin kepada sang tuan rumah.

Demikianlah beberapa adab-adab memuliakan tamu yang sangat penting bagi seorang muslim karena para nabi dan rasul juga mencontohkannya. Selain itu, semoga dengan kita memuliakan tamu dan menunaikan hak-hak muslim saat bertamu Allah bukakan lebar untuk kita pintu-pintu surga. Aamiin

 

 

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top
%d blogger menyukai ini: