Mengulas Kisah Qabil dan Habil yang Sesuai Al-Quran, Hadits, dan Cerita yang Berkembang

Kisah Qabil dan Habil menjadi salah satu yang harus diluruskan. Berdasarkan cerita yang banyak dikenal oleh masyarakat, kisah Qabil dan Habil merupakan kasus pembuhunan pertama dalam sejarah umat manusia. Qabil membunuh adiknya, Habil, hanya karena memperebutkan seorang wanita. Oleh karena itu, perlu untuk dijelaskan kisah Qabil dan Habil yang sesuai Al-Quran dan hadits.

Kisah Qabil dan Habil yang Beredar di Masyarakat

Qabil dan Habil adalah putra dari Nabi Adam dan Siti Hawa yang masing-masing dilahirkan dengan memiliki seorang kembaran perempuan. Qabil dilahirkan bersama kembaran perempuan yang anggun dan mempesona, sementara kembaran Habil sebaliknya. Kemudian, Nabi Adam menerapkan kebijakan untuk menikahkan keduanya secara silang.

Qabil dinikahkan dengan kembaran Habil yang tidak secantik kembarannya dan Habil mendapatkan kembaran Qabil. Qabil yang merasa dirinya jauh lebih baik daripada adiknya dan tidak terima dengan pembagian perjodohan tersebut mengajukan protes kepada Nabi Adam.

Qabil berkata, “Aku lebih berhak terhadapnya (kembaran Qabil) dan dia (Habil) lebih berhak terhadap saudaranya (kembaran Habil). Ini bukanlah ketentuan Allah, melainkan pendapatmu sendiri”. Kemudian sebagai kepala keluarga, Nabi Adam memberikan solusi atas protes yang diajuakan oleh Qabil.

Nabi Adam memerintahkan kedua anaknya untuk berkurban. Kurban siapa yang diterima oleh Allah, maka lebih berhak terhadap kembaran Qabil. Qabil adalah seorang petani dan Habil seorang peternak. Sudah menjadi kebiasaan bagi keduanya untuk melakukan kurban, Qabil dan Habil pun berkurban dengan apa yang mereka punya.

Kisah Qabil dan Habil yang sesuai Al-Quran dan Hadits menjelaskan di dalam tafsir yang ditulis Ar-Razi, diterangkan bahwa Qabil berkurban jagung jelek dan Habil berkurban dengan kambing. Ternyata, kurban yang dipersembahkan Habil habis dilalap api dan kurban milik Qabil tidak tersentuh api sama sekali. Pada waktu itu, api yang muncul melalap kurban merupakan simbol dari Tuhan.

Jika kurbannya dilalap api, artinya kurban tersebut diterima oleh Allah. Melihat kurbannya sama sekali tidak tersentuh api, Qabil sangat murka terhadap Habil karena kembarannya yang cantik akan menikah dengan adiknya, Habil. Di sinilah letak perbedaan kisah Qabil dan Habil yang sesuai Al-Quran dan hadits dengan kisah yang beredar luas di masyarakat.

Akibat rasa cemburu itu, Qabil kemudian membunuh Habil secara diam-diam tanpa diketahui oleh Nabi Adam agar tidak bisa menikah dengan kembarannya. Habil tidak melakukan perlawanan sama sekali dan akhirnya terbunuh. Cerita yang berkembang mengatakan bahwa kejadian pembunuhan ini dipicu oleh rasa tidak terima Qabil atas berpindahnya kepemilikan kembaran Qabil kepada Habil. Sementara dalam segi paras, Qabil jauh lebih berhak untuk meminang kembarannya yang juga cantik.

Kisah Qabil dan Habil yang Sesuai dengan Al-Quran dan Hadits

Kisah Qabil dan Habil yang sesuai Al-Quran dan hadits ada di dalam Quran Surat al-Maidah ayat 27 – 31. Ayat ini menjelaskan bagaimana kronologi pembunuhan Qabil atas adiknya, Habil. Sebagaimana yang dikisahkan ketika Nabi Adam meminta kedua putranya untuk berkurban akibat protes yang diajukan Qabil atas perjodohan yang dilakukan Nabi Adam.

Hasil dari kurban yang dipersembahkan Habil diterima dan milik Qabil tidak diterima. Melihat kurbannya tertolak, Qabil berkata kepada adiknya, “Aku pasti membunuhmu”. Mendengar ucapan sang kakak, Habil berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima kurban dari orang-orang yang bertakwa.

Sungguh jika engkau menggerakkan tanganmu untuk membunuhku, aku tidak akan sekali-kali menggerakkan tangan kepadamu untuk membunuhmu.” Habil hanya pasrah karena ia takut kepada Allah dan tidak ingin menanggung dosa pembunuhan yang akan berakhir di dalam neraka.

Akibat kepasrahan Habil, hawa nafsu Qabil semakin merasa mudah untuk membunuh adiknya tersebut. Akhirnya Qabil membunuh Habil dan termasuk ke dalam orang-orang yang merugi. Kisah Qabil dan Habil yang sesuai Al-Quran dan hadits menyebutkan bahwa Allah menurunkan seekor burung gagak yang menyuruhnya untuk menggali bumi.

Burung gagak ini hendak memperlihatkan kepada Qabil bagaimana seharusnya mayat Habil dikuburkan. Namun, Qabil tidak dapat melakukan apa yang seperti dicontohkan burung gagak tersebut. Kemudia ia berkata, “Mengapa aku tidak bisa berbuat seperti yang dilakukan burung gagak ini?” dan akibat perbuatannya itu, Qabil menjadi orang yang berbuat zalim.

Di dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah menunjukkan keburukan akibat kejahatan, kedengkian, dan kezaliman. Lebih lanjut, tafsir Ibnu Katsir memberikan pengertian bahwa pembunuhan tersebut tidak ditujukan untuk memperebutkan seorang wanita, melainkan bentuk kemarahan dan kedengkian Qabil terhadap kurban Habil yang diterima, sementara miliknya tidak.

Kisah Qabil dan Habil yang sesuai Al-Quran dan hadits ini dapat dipahami kaum muslimin sebagai kronologi yang utuh berdasarkan penjelasan tafsir. Mengartikan suatu ayat di dalam Al-Quran maupun hadits tanpa tafsir yang utuh dan jelas akan menimbulkan kesalahpahaman makna dan cerita yang melatarbelakangi. Akhirnya, banyak terjadi pembelokan sejarah.

Hikmah yang Dapat Dipetik dari Kisah Qabil dan Habil

1. Melakukan Suatu Ibadah Hanya Diniatkan Untuk Allah

Di dalam kisah Qabil dan Habil, ibadah tersebut berupa kurban. Perbuatan yang dilakukan pun hendaknya hanya ditujukan kepada Allah dengan sebaik-baik pemberian, sehingga akan memberikan manfaat yang lebih besar kepada sekitar. Semua ibadah itu landasan semangatnya adalah berbagi.

Setiap kata salat di dalam Al-Quran akan diiringi dengan zakat setelahnya, setelah berpuasa juga mengeluarkan zakat fitrah, dan setelah berhaji ada kurban. Ada keseimbangan anatar hubungan dengan Allah dan berbagi untuk memberikan kebermanfaatan di bumi. Hampir semua ibadah yang dilakukan sehari-hari memiliki makna kurban karena harus mengikhlaskan apa pun yang dimiliki.

2. Tanda Kurban yang Diterima dan Ditolak

Dari kisah Qabil dan Habil yang sesuai Al-Quran dan hadits dapat diambil hikmah bagaimana tanda kurban itu diterima atau tidak. Tanda yang paling bisa diamati adalah bagaimana perubahan di dalam hati yang terjadi setelah berkurban. Biasa saja, menjadi semakin bertakwa dan semangat menjalankan peintah Allah, atau justru menjadi semakin buruk.

Jika hati tidak merasakan kenikmatan yang bertambah ketika beribadah, tidak menjadi lebih bertakwa, tidak sensitif untuk melakukan berbagai kebaikan, dan tidak alergi terhadap berbagai keburukan, maka hal itu menandakan kemungkinan besar kurban atau ibadah kepada Allah tidak diterima.

3. Menerima Segala Ketetapan yang Allah Berikan

Beberapa takdir yang sudah ditetapkan oleh Allah tidak dapat diubah oleh manusia, salah satunya adalah perkara jodoh dan kematian. Kisah Qabil dan Habil memberikan pelajaran bagaimana seharusnya manusia menyikapi segala hal yang sudah diatur oleh Allah. Karakter yang ditunjukkan oleh Qabil adalah contoh pembangkangan atas ketetapan Allah hingga berujung kepada kasus pembunuhan.

Terdapat sedikit perbedaan antara kisah Qabil dan Habil yang beredar luas di masyarakat dengan kisah yang sesuai Al-Quran dan hadits. Para kaum muslimin hendaknya mengetahui bagaimana kisah yang sesungguhnya agar tidak terjadi kesalahpahaman. Selain itu, kisah anak Adam ini juga sarat akan makna yang relevan hingga saat ini, sehingga dapat dijadikan contoh dalam menjalani kehidupan.