Menangis berasal dari kata tangis yang artinya ungkapan perasaan sedih, kecewa, menyesal, dan sebagainya dengan mencucurkan air mata dan mengeluarkan suara tersedu-sedu, menjerit-jerit, dan sebagainya.
Menangis adalah salah satu bentuk pengekspresian diri terhadap perasaan yang ada di dalam hati. Orang yang menangis bukan berarti ia sedang bersedih. Orang yang bahagia pun bisa sampai menangis, hingga mengeluarkan air mata kebahagiaan.
Sayangnya sebagian besar masyarakat pada masa kini beranggapan bahwa orang yang gampang menangis memiliki kepribadiaan yang lemah, rapuh, cengeng dan sebagainya. Pria merupakan kalangan yang sering mendapat cap tersebut saat menangis. Sementara wanita lebih dianggap wajar saat mengungkapkan perasaan dengan menangis.
Menangis adalah hal yang wajar, menangis itu baik. Sudah fitrahnya ketika dilanda kesedihan manusia pastilah menangis. Terutama ketika di tinggal meninggal seseorang yang paling kita sayangi, ataupun menangis karena merenungi dosa-dosa yang telah diperbuat.
Umar Ibnul Khatab seorang sahabat rasul sekaligus khalifah setelah Abu Bakar Ash-Siddiq. Beliau terkenal sebagai pribadi yang tegas dan garang. Namun demikian air mata pernah membasahi pipi beliau ketika mengingat keadaan belau saat masih jahil.
Bagi orang beriman, menangis adalah pekerjaan yang paling mereka akrabi. Orang beriman selalu dalam kesadaran penuh jika dirinya tak pernah luput dari dosa. Mereka mencucinya dengan tobat dan penyesalan.
Air mata jenis ini tentu air mata yang sama sekali tak menunjukkan kelemahan. Rasulullah SAW bersabda,
Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di jalan Allah.
(HR Tirmidzi).
Jika seseorang mengaku dirinya beriman, tak ada yang lebih ia takuti dibandingkan murka Allah SWT. Tiap dosa yang kita lakukan, membekas dalam hati. Perbuatan maksiat yang selama ini kita kerjakan pasti tidak ingin diketahui oleh orang lain. Kita malu akan aib yang kita miliki. Selepas melakukan kesalahan, ada rasa yang mengganjal.
Baca Juga : Perbanyak Muhasabah Diri
Kombinasi takut akan murka Allah, malu dengan dosa-dosa yang menggunung dan ditambah penyesalan mendalam yang menghadirkan tangisan-tangisan dalam sunyi. Kita butuh menangis untuk melepaskan beban, seiring dengan tobat yang kita lantunkan.
Kita perlu tangisan, sebagai teman setia istighfar yang kita rapalkan. Jika sungguh-sungguh, bukan tidak mungkin takut akan ancaman Allah malah akan berubah menjadi kasih sayang Allah SWT. Terlebih menyambut bulan yang agung yaitu bulan Muharram.
Kita hiasi malam hari kita dengan menangis bermunajab mengharap ampunan dari Allah, sebagaimana hadis Rasulullah SAW :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
1. Imam yang adil
2. Pemuda yang taat beribadah kepada Allah
3. Seseorang yang hatinya tergantung ke masjid
4. Orang yang bersahabat dan saling mencintai karena Allah
5. Seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang perempuan yang cantik dan berharta, tetapi dia menolak. Bahkan dia mengatakan, “Aku takut kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.”
6. Seseorang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi, sehingga seolah-olah ketika tangan kanannya memberi, tangan kirinya tidak mengetahui.
7. Seseorang yang menyendiri sambil mengingat Allah dan berlinanglah air matanya
H.R. Bukhari dan Muslim
Seseorang yang senantiasa berdzikir pada Allah dalam keadaan yang sunyi kemudian meneteslah air matanya. Air mata ini mengartikan keikhlasan yang muncul di dalam diri orang tersebut. Apabila air mata jatuh karena Allah, maka hal itu termasuk dalam perbuatan mulia.
Mari sahabat sekalian kita kita perbanyak musahabah diri renungilah kembali perbuatan yang telah diperbuat, kemudian perbanyaklah sedekah dengan begitu harta yang kita miliki akan terbersihkan.
Allah SWT berfirman :
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkah-kan sebagian dari rizki yang Kami berikan ke-pada mereka.
Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Q.S. As-Sajadah [32] : 16-17