Kebaikan atau orang-orang menyebutnya kebajikan merupakan perilaku atau kualitas yang memenuhi kebaikan moral sebagai pondasi, prinsip, dan moral kebaikan. Kebahagiaan menjadi suatu hal yang sangat didambakan oleh banyak orang. Orang-orang bukan hanya berlomba-lomba untuk mengejar kesuksesan karier, namun juga kebahagiaan dalam kehidupan mereka.
Berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Baqarah[2] : 261, Allah berfirman:
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah[2] : 261)
Berdasarkan dalil di atas sungguh Allah SWT sangatlah baik hati, Allah memberi perumpamaan seperti orang yang menyebar benih di sebuah lahan. Yang mana ketika panen hasilnya melimpah ruah. Dia tidaklah pelit dalam membalas suatu kebaikan. Tidak pula semena-mena bagi yang melakukan tindakan dosa.
Dalam Tafsir al-Misbah, Prof. Dr. Quraish Shihab menilai bahwa perumpamaan yang tersurat dalam Surat Al-Baqarah ayat 261 merupakan diksi yang mengagumkan. Penggunaan kata مَّثَل (Perumpamaan) dalam ayat tersebut mengindikasikan bahwa manusia didorong untuk bersedekah.
Sebagaimana dipahamai dari kata مَّثَل (Perumpamaan), orang bersedekah akan menuai pahala yang besar. Ketika seseorang yang menanam satu benih di sepetak tanah, kemudian dari benih tersebut tumbuh berkembang menjadi banyak.
Sepetak tanah bisa memberikan dampak besar terhadap kesuburan suatu benih. Dari satu benih, tumbuh berkembang menjadi ratusan butir lagi. Jika tanah yang diciptakan Allah SWT mampu melipat gandakan hasilnya, tentunya bukan hal yang susah karena Allah sendiri menjamin berlipatnya pahala sedekah.
Baca Juga : Zakat Penghasilan
Pada ayat tersebut Allah SWT langsung menyebutkan ganjaran yang akan diterima ketika kita melakukan suatu kebaikan yaitu 1 kebaikan akan bercabang 7. Tiap cabang akan ada isinya berupa 100 kebaikan bahkan bisa lebih, sesuai dengan kehendak-Nya. Allah akan balas semua perbuatan yang kita lakukan.
Tujuan Allah menurunkan ayat ini ialah agar manusia senantiasa berlomba-lomba dalam hal kebaikan, serta senantiasa bersemangat dalam bersedekah. Orang-orang akan tertarik jika di beri imbalan, oleh karena itu Allah memberikan imbalannya yaitu setiap melakukan satu kebaikan maka, Allah akan membalasnya dengan 700 kebaikan. Bahkan dalam beberapa hadis meneybutkan:
Dari Ibnu Abbas radhiallahuanhuma, dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut : Siapa yang ingin melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka dicatat disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh. Dan jika dia berniat melakukannya dan kemudian melaksanakannya maka Allah akan mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan yang banyak. Dan jika dia berniat melaksanakan keburukan kemudian dia tidak melaksanakannya maka baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat kemudian dia melaksanakannya Allah mencatatnya sebagai satu keburukan“.
(Riwayat Al Bukhari dan Muslim)
Dari hadits tersebut menunjukanbahwa Allah sangatlah murah hati dan penuh kasih sayang terhadap umatnya. Allah jelaskan bahwa ia telah menetapkan kebaikan dan keburukan. Lalu memerintahkan malaikat pencatat amalan untuk mencatat keinginan kita berbuat kebaikan dengan satu pahala kebaikan walaupun kita belum melaksanakannya.
Sebaliknya bila kita berkeinginan berbuat keburukan dan dosa namun tidak melaksanakannya karena takut kepada Allah maka dicatat sebagai satu kebaikan.
Pingback: Mengapa Disebut Lebaran Yatim? - Pondok Yatim & Dhuafa