Mengumpulkan harta pasti sudah menjadi hal yang wajar dalam hidup manusia, hal-hal yang menyangkut kebutuhan dan keinginan hajat hidup membuat angan-angan menjadi panjang, setiap hari sibuk mencari dan menumpuk harta yang diupayakan untuk masa depan baik untuk diri sendiri maupun keluarga, bahkan dipikirkan pula untuk mewariskan dalam jumlah besar karena khawatir keturunannya akan hidup susah atau miskin.
Karena itu, segala sesuatunya dipersiapkan sedini mungkin. Harta yang menumpuk lalu terasa belum memenuhi seluruh keinginan. Sehingga timbulah hasrat semakin kaya semakin kikir. Yang dipikirkan, bagaimana harta bertambah, bukan bagaimana memanfaatkannya untuk bekal menuju akhirat yang sulit itu.
Dalam hidup ini kadang-kadang kita ini bertindak sebagai Tuhan. Ingin menetapkan pembagian rezeki, kalau perlu sampai tujuh keturunan, karena rasa waswas yang berlebihan tentang masa depan keturunan. Padahal yang berhak menetapkan pembagian rezeki itu adalah Allah SWT.
Bisa dibayangkan betapa sombongnya diri kita karena merasa lebih hebat dan lebih tahu ketimbang Allah SWT. Yakin dengan keputusan yang diambil mampu menjamin masa depan, sementara sisi lain melupakan Allah yang menetapkan segala sesuatunya.
Ali bin Abi Thalib R.A berkata: ”Kebaikan itu bukan ada pada banyaknya harta dan anak, tetapi pada banyaknya pendidikan, besarnya kepekaan sosial, dan perasaan terhormat dengan ibadah”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa harta hanya penunjang hidup saja bukan satu-satunya menjadi harapan segala sesuatu.
Allah sangat benci kepada orang-orang yang kikir dan gemar menumpuk harta sebagaimana dalam firman-Nya: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: ”Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS At Taubah [9]; 34-35).
Telah disadari bahwa kebencian Allah kepada mereka yang suka menyimpan harta tanpa memperhatikan hak-hak orang miskin, maka dari itu sangat dianjurkan untuk bersedekah, yang merupakan harta kita yang sebenarnya, sangat berguna di akkhirat kelak. Harta yang dikumpulkan hakikatnya bukan harta kita, kita hanya menikmatinya sedikit dan menikmati sesaat saja. Salah satu bentuk sedekah bisa melalui Pondok Yatim Dhuafa.
BUKAN berarti seorang muslim harus miskin dan tidak boleh kaya. Tetapi gunakanlah kekayaan tersebut untuk berbagi, membela agama dan membuat anda bahagia yang sejati. “Bahagia sejati adalah membuat orang lain bahagia”. Bijaklah dalam pemanfaatan harta yang dimiliki dengan berinvestasi akhirat, bisa langsung berdonasi di Pondok Yatim & Dhuafa.
Terimakasih, Jangan Share jika tidak bermanfaat.