Hari Arafah adalah waktu dimana seluruh umat islam melakukan salah satu rangkaian dari rukun ibadah haji yaitu Wukuf di Arafah. Seluruh padang Arafah adalah tempat wukuf. Sementara itu, Jika telah tergelincir matahari maka shalat Dzuhur dan Ashar dengan cara qashar dan jama’ taqdim dengan sekali adzan dan dua iqamat.
Kemudian Setelah selesai shalat hendaknya menyibukkan diri dengan berdo’a dengan merendahkan diri kepada Allah. Selain itu, hendaknya bagi seorang yang berhaji bersungguh-sungguh dalam berdo’a, merendahkan diri dan bertaubat kepada Allah di waktu dan tempat yang agung ini.
Meski banyak keutamaan hari arafah untuk mereka yang menunaikan haji. Namun, tentu saja bagi yang tidak menunaikan ibadah haji juga bisa mendapatkan pahala dari amalan-amalan di hari arafah. Oleh karena itu, Yuk Simak beberapa amalan yang bisa dilakukan juga di hari arafah.
Puasa Arafah
Rasulullah SAW mengungkapkan tentang Puasa di hari Arafah dalam sabdanya,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
“Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim, no. 1162).
Puasa Arafah adalah amalan yang disunnahkan bagi orang yang tidak berhaji. Adapun bagi orang yang berhaji tidak disunnahkan untuk melaksanakan puasa ini. Kemudian Rasulullah juga menerangkan dalam sabdanya
“Dari Maimunah RA, ia berkata bahwa orang-orang saling berdebat apakah Nabi SAW berpuasa pada hari Arafah. Lalu Maimunah RA mengirimkan pada beliau satu wadah (berisi susu) dan beliau dalam keadaan berdiri (wukuf), lantas beliau minum dan orang-orang pun menyaksikannya.” (HR. Bukhari, no. 1989 dan Muslim, no. 1124).
Doa di Hari Arafah
Para salaf dahulu saling memperingatkan pada hari Arafah untuk sibuk dengan ibadah dan memperbanyak doa serta tidak banyak bergaul dengan manusia. Sebagaimana ‘Atha’ bin Abi Rabbah mengatakan pada ‘Umar bin Al-Warad, “Jika engkau mampu mengasingkan diri di siang hari Arafah, maka lakukanlah.” (Ahwal As-Salaf fi Al-Hajj, hlm. 44).
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan,
“LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALA KULLI SYA-IN QODIIR (Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Miliki-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah yang menguasai segala sesuatu).” (HR. Tirmidzi no. 3585; Ahmad, 2:210. Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini shahih).
Al-Imam Al-Hafizh Abul ‘Ula Muhammad ‘Abdurrahman Al-Mubarakfuri menyebutkan, “Jika disebutkan bahwa sebaik-baik yang diucapkan adalah bacaan laa ilaha illallah, maksudnya ialah bukan menunjukkan bahwa doa yang dimaksud dalam hadits yakni dengan bacaan tersebut saja. Namun maksud sebaik-baik doa adalah doa yang dipanjatkan pada hari Arafah, doa apa saja bentuknya. Dan boleh juga dibaca selain doa kalimat “laa ilaha illallah” yang diucapkan. (Tuhfah Al-Ahwadzi, 10:47).
Mengumandangkan Takbir
Hal ini merujuk pada atsar dari Sahabat Umar bin Khattab RA,
“Umar mengumandangkan takbir di Mina di tendanya, lantas orang-orang yang berada di masjid mendengarnya. Mereka yang berada di masjid mengumandangkan takbir hingga orang-orang yang berada di pasar ikut-ikutan bertakbir. Sampai menggema suara takbir di Mina. Ibnu ‘Umar juga mengumandangkan takbir di Mina pada hari-hari tasyrik dan melakukannya selepas shalat. Beliau bertakbir di tempat tidur, di majelis dan di jalan-jalan, mereka mengumandangkan takbir di seluruh hari yang ada.”
Selanjutnya, Atsar dari Maimunah RA juga bertakbir pada hari Idul Adha (hari nahr). Dahulu para wanita pun ikut bertakbir di belakang Aban bin ‘Utsman dan ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz di malam-malam tasyrik bersama para pria di masjid.”
Dari Muhammad bin Abi Bakr Ats-Tsaqofi, ia mengatakan, “Aku pernah bertanya mengenai talbiyah pada Anas dan kami di pagi hari sedang menuju Arafah, “Bagaimana kalian melakukannya bersama Nabi SAW?” Anas menjawab, “Ada yang bertalbiyah ketika itu dan tidak ada yang mengingkari. Lalu ada pula yang bertakbir dan tidak ada yang mengingkarinya.” (HR. Bukhari, no. 970).
Selain tu, Penulis Kifayah Al-Akhyar juga mengatakan, “Bahwasanya Disunnahkan untuk mengeraskan suara saat takbir bagi laki-laki, namun tidak bagi perempuan. Mengumandangkan takbir pada waktunya lebih utama dari dzikir lainnya karena takbir adalah syiar pada hari Idul Adha.” (Kifayah Al-Akhyar, hlm. 201).
Oleh sebab itu, dengan mengetahui berbagai amalan untuk mengisi hari yang mulia pada waktu arafah. Hedaknya kita mampu memanfaatkan waktu untuk fokus beribadah dengan sebaik-baiknya.
Pondok Yatim dan Dhu’afa dengan mengusung Tema “JIWA MUSLIM BERANI BERQURBAN” mengajak kaum muslimin untuk berbagi kebaikan serta berkah dengan menunaikan ibadah qurban bersama Pondok Yatim dan Dhu’afa. Mari segerakan kebaikan melalui qurban. Siapkan Qurban terbaik anda melalui /https://qurban.pondokyatim.or.id/
Semoga Allah mudahkan kita untuk Berqurban Tahun ini. Aamiin Allahumma Aamiin