Hal ini tentu sangat bahaya, bagaimana tidak, sudah susah payah menjalankan amal sholeh yang selalu dilakukan setiap harinya, baik sholat, puasa, sedekah, zakat, infak, tadarus quran, mencari nafkah untuk keluarga, berbakti ke orang tua, berbuat baik kepada sesama dan amalan kebaikan lainnya menjadi rusak atau tidak hilang pahalanya.
Amal sholeh yang dilakukan semestinya dapat meningkatkan nilai ibadah hingga kepribadian atau menimbulkan ahlak yang mulia, namun entah mengapa dalam kehidupan ini, tidak jarang kita melakukan kesalahan dan kekhilafan. Tanpa sadar bahwa dosa-dosa yang dilakukan ada beberapa yang dapat menghapus amal-amal kebaikan yang telah kita perbuat.
Tentu hal ini sangat penting untuk dikaji, jangan sampai sejak awal beramal sholeh, namun ternyata amalan-amalan yang telah terkumpul tersebut justru rusak atau tidak berarti apa-apa.
Dijelaskan dalam Surat Al Furqon Ayat 23.
وَقَدِمْنَآ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاۤءً مَّنْثُوْرًا
“Dan kami menerima semua yang mereka kerjakan, lalu kami membuat amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan,”
Bagaimana rasanya ketika banyak amalan yang sudah dilakukan tapi hilang, susah payah dengan mengorbankan apa yang dibutuhkan dalam menjalankan ibadah dan kebaikan baik pengorbanan hati, fisik, waktu hingga materi menjadi percuma begitu saja, sangat kesal rasanya hati ini.
Atas dasar ayat tersebut, inilah beberap perkara yang dapat merusak amalan, di antaranya:
- Sibuk mencari aib manusia, sangking asiknya mencari aib/kejelekan orang lain, sehingga lupa pada aib sendiri. Hal ini sering terjadi di hubungan sosial masyarakat atau pergaulan sosial lainnya. Allah Ta’ala berfirman :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain” (QS. Al-Hujurat : 12)
- Kerasnya hati atau sombong, salah satu yang dihawatirkan oleh Nabi Muhammad SAW atas umatnya adalah adanya hati yang keras. Seseorang yang hatinya keras maka ia sulit untuk menerima nasihat. Padahal sudah seharusnya nasihat itu dicari semua orang untuk kehidupannya yang lebih baik.
Allah Swt Berfirman :
فَلَوْلَآ اِذْ جَاۤءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوْا وَلٰكِنْ قَسَتْ قُلُوْبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطٰنُ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Tetapi mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati ketika siksaan Kami datang menimpa mereka? Bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menjadikan terasa indah bagi mereka apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS.Al-An’am:43)
- Terlalu cinta dunia, merasa hidupnya hanya di dunia saja maka segala aktifitasnya tertuju pada kenikmatan dunia sehingga lupa akan hari akhirat. Dunia ini hanyalah sementara. Maka, orang-orang yang beriman pasti akan menjadikan kehidupan dunia ini sebagai sarana untuk menumpuk amal saleh yang akan menjadi bekal kehidupan kita di akhirat.
Allah Ta’ala berfirman :
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الْاٰخِرَةِ نَزِدْ لَهٗ فِيْ حَرْثِهٖۚ وَمَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَاۙ وَمَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ نَّصِيْبٍ
”Barang siapa menghendaki pahala akhirat niscaya Kami tambah pahala itu baginya, dan barang siapa menghendaki pahala dunianya niscaya Kami beri pahala baginya, dan tidak ada bagian yang dia peroleh di akhirat”. (Asy-Syura: 20)
- Sedikit malu atau hilang rasa malu kepada Allah, Jika seseorang telah kehilangan rasa malu maka akan melakukan apa saja tanpa takut dosa. Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” (HR. Ibnu Majah No. 4181)
Tamak dan panjang angan-angan, cenderung pikiran dan hati nya ingin terus merasakan kelezatan duniawi dengan serakah dan enggan berbagi hingga seolah-olah akan hidup seribu tahun. Pikirannya disibukkan untuk merancang masa depan yang terlalu jauh untuk bagaimana memiliki fasilitas hidup seperti rumah mewah, kendaraan mewah dan gaya hidup bermegah-megahan. Nyaris setiap detik hari-harinya sekitar kepentingan dunia tanpa diiringi bagaimana merancang kehidupan akhirat dengan berpedoman pada perintah-Nya.
وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛوَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛيَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ
“Dan sungguh engkau Muhammad akan mendapati mereka yang sangat rakus terhadap kehidupan dunia, bahkan lebih tamak dari orang musyrik. Mereka pun berangan‑angan agar bisa hidup seribu tahun. Padahal umur panjang itu tak akan menjauhkan mereka dari azab Allah. Allah maha melihat apa yang mereka kerjakan.” (Al-Baqarah : 96)
Hasan Al-Bashir berkata, ”Tidaklah seorang hamba berpanjang angan-angan melainkan akan merusak amalannya” (Al Bayan wat Tabyin, jilid III, hal 74)
Kutipan dalil di atas menggambarkan orang yang rakus, cinta dunia secara berlebihan, memiliki keengganan untuk berpisah dari dunia. Efek dari ini dapat mengurangi rasa syukur dan hidup rasanya selalu kekurangan.
Ini sebuah ungkapan yang sangat keras, menunjuklan kebencian Allah pada sikap rakus karena akan merusak harmoni sosial dan keseimbangan lingkungan hidup. Pesan agama selalu menekankan kasih sayang, hidup saling berbagi. Agama Islam memuji sikap filantropis seperti contohnya berdonasi ke Pondok Yatim & Dhuafa. Pribadi yang melimpah, bukannya yang selalu mengambil tapi selalu berbagi dan bijak dalam menyikapi rencana masa depan.
- Kezhaliman yang terus menurus. Perbuatan maksiat itu biasanya membuat kecanduan bagi pelakunya, jika tidak segera taubat dan berhenti maka sulit untuk meninggalkan kemaksiatan tersebut.
Allah Ta’ala berfirman :
بَلْ يُرِيْدُ الْاِنْسَانُ لِيَفْجُرَ اَمَامَهٗۚ
“Akan tetapi, manusia hendak berbuat maksiat terus-menerus.” (Al-Qiyamah :5)
Sangat jelas sekali penjelasan yang dijabarkan, membuat diri ini berintrospeksi diri akan dosa-dosa yang dilakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja, baik dilakukan secara kadang-kadang atau secara sering, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.
Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW selalu mengajarkan setiap kali bada salat subuh membaca doa sebagai berikut : “Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’a wa rizqon thoyyibaa wa ‘amalan mutaqobbalaa”
“Ya Allah, aku memohon pada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thoyyib dan amalan yang diterima” (HR. Ibnu Majah no. 925, shahih).
Itulah doa yang dapat menjaga amalan kita paling tidak meminta kepada Allah agar amalan kita diterima. Oleh karena itu pula, jika seseorang telah menyesali perbuatannya maka bertaubatlah segera dan senantiasa berbuat perbaikan diri.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan, kesabaran dan hidayah kepada kita untuk melanjutkan ibadah dan amal sholeh lainnya tanpa tersia-sia pahalanya.